ALKAHFI~Saat
berkunjung ke rumah makan padang, kedai, atau tempat yang pemiliknya
orang Minang acap kali kita menemukan foto seorang kakek berkopiah hitam
terpajang di dinding rumah makan tersebut? Barangkali anda berpikir
bahwa si kakek ini memiliki anak atau cucu segudang yang memiliki usaha
di semua profesinya.
Atau mulut mulai terasa gatal untuk bertanya
pada pemilik rumah makan atau kedai yang dikunjungi, 'Hei Uda, siapa
kakek itu?' atau 'Uda, apakah bersaudara dengan rumah makan ini atau
rumah makan itu, sebab di sana ada foto kakek itu juga'
Selanjutnya
jika mulai membuka pertanyaan itu, maka si pemilik rumah makan akan
bercerita panjang mengenai si kakek tersebut. Selesai mengetahui cerita
siapa kakek tersebut, kesimpulan berikutnya adalah siapapun yang
memajang foto kakek tersebut, mereka adalah orang Pariaman, Sumatera
Barat.
Penasaran dengan siapa kakek yang ada di dalam foto
tersebut? kenapa dia begitu dihormati oleh banyak perantau yang berasal
dari Pariaman. Mari kita mulai bercerita.
Kakek yang fotonya
sering terpajang di beberapa rumah makan padang atau kedai yang
pemiliknya berasal dari Pariaman itu seringnya tidak memiliki
hubungannya dengan si pemilik rumah. Mereka bukan keturunan dari kakek
tersebut, mereka hanya pengagum atau orang-orang yang mengikuti ajaran
yang dianut kakek tersebut. Orang-orang percaya, bahwa memajang foto
kakek itu akan membawa keberuntungan, rizki dalam usaha mereka. Sebab,
kakek tersebut dikenal keramat oleh mereka.
Nama si kakek itu
adalah Syech Kiramatulla Ungku Saliah, namun lebih dikenal dengan
sebutan Angku Saliah atau Ungku Saliah. Ungku Saliah merupakan ulama
yang berasal dari Kabupaten Padang Pariaman khususnya Kecamatan VII Koto
Sei Sarik.
Menurut berbagai sumber yang dihimpun, Ungku Saliah
lahir sekitaran tahun 1887 dan merupakan penganut Mazhab Syafi'i. Nama
Saliah sendiri merupakan sebuah gelar yang beliau dapati saat
mempelajari ilmu tarekat dari gurunya karena beliau merupakan anak yang
rajin belajar dan beribadah. Beliau memiliki murid dan pengikut yang
sangat banyak.
Semasa hidupnya, dari cerita orang-orang tua dulu
dan pengikutnya, Ungku memiliki keistimewaan khusus layaknya wali Allah.
Bila ada yang minta obat kepada Ungku Saliah terkadang beliau hanya
mengambil sembarangan apa yang tampak di depan matanya. Seperti misalnya
daun, rumput, batu atau yang lainnya. Ajaibnya benda-benda yang
diambilnya mujarab jadi alat penyembuh.
Cerita lain yang beredar
adalah soal kehebatan Angku dalam memecah raga. Ungku disebut-sebut bisa
menghadiri acara beberapa tempat yang berbeda di waktu yang bersamaan.
Dan cerita yang paling dikenang oleh orang-orang tua adalah beliau
pernah melempar batu kerikil saat air bah datang di sebuah kampung, air
bah tersebut berbelok arah dan tidak jadi mengenai kampung.
Ungku
Saliah wafat 3 Agustus 1974 di Sungai Sariak, Pariaman. Makamnya dibuat
gobah yang sampai sekarang tetap dikunjungi oleh para penziarah.
Para
pengagum dan orang-orang yang mengetahui cerita serta seluk beluk
beliau pun ikut mengkramatkan foto beliau. Fotonya pun sering dijadikan
'jimat pelaris' dagangan.
"Ungku tuh sakti. Inyo bisa mahilang.
(Ungku itu sakti, dia bisa menghilang)" cerita Doni (32) pemilik rumah
makan Padang di Pesakih, Kalideres, Selasa (6/5) saat diminta keterangan
mengenai foto Ungku Saliah yang terpajang di dinding Kedai Nasinya.
Doni
merupakan salah satu pengagum dan penganut ajaran dari Ungku Saliah dan
berasal dari Pariaman. Alasannya memajang foto Ungku saliah adalah
identitas sebagai perantau orang Pariaman dan pengangum dari Ungku itu
sendiri.
Terlepas dari orang-orang yang memajang fotonya berharap
dapat pelaris, menghormati Ungku Saliah dengan mengamalkan ajarannya
jauh lebih baik bukan?
Tahukah Anda
0 komentar:
Posting Komentar