ALKAHFI~ Para ulama juga telah menyebutkan beberapa hal yang bisa merusak (membatalkan)
i’tikaf, di antaranya:
1. Keluar dari masjid tanpa ada keperluan yang mendesak.
Dari ‘Aisyah Ummul Mu’minin radhiyallahu ‘anha, dia berkata:
السُّنَّةُ عَلَى الْمُعْتَكِفِ أَنْ لاَ يَعُودَ مَرِيضًا وَلاَ
يَشْهَدَ جَنَازَةً وَلاَ يَمَسَّ امْرَأَةً وَلاَ يُبَاشِرَهَا وَلاَ
يَخْرُجَ لِحَاجَةٍ إِلاَّ لِمَا لاَ بُدَّ مِنْهُ وَلاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ
بِصَوْمٍ وَلاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ فِي مَسْجِدٍ جَامِعٍ
“Termasuk sunnah bagi seorang mu’takif adalah tidak menjenguk
orang sakit, tidak menghadiri jenazah, tidak menyentuh atau bercumbu
dengan istri, tidak keluar dari masjid untuk urusan apapun kecuali
memang urusan yang harus diselesaikan (di luar masjid), tidak ada
i’tikaf kecuali dengan puasa, dan tidak ada i‘tikaf kecuali dilakukan di
masjid jami’.” [Shahih Sunan Abi Dawud, karya Asy-Syaikh Al-Albani] [Al-Mughni]
2. Menggauli istri.
Para ulama sepakat bahwa seorang mu’takif jika menggauli istrinya
dengan sengaja, maka i’tikafnya batal dan tidak ada kewajiban
meng-qadha’ i’tikafnya, kecuali jika i’tikafnya tersebut adalah i’tikaf
wajib. Berdasarkan firman Allah ta’ala:
وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid.” [Al-Baqarah: 187]
3. Murtad (keluar) dari Islam.
Jika seorang mu’takif murtad –wal’iyadzubillah-, maka batallah i‘tikafnya, berdasarkan firman Allah ta’ala:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ
أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [Az-Zumar: 65]
Dan dengan murtadnya itu dia telah keluar dari keadaan dia sebagai seorang mu’takif. [Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah]
4. Hilang akal.
Disebabkan minum khamr, pingsan, atau gila. Karena berakal merupakan syarat i’tikaf.
5. Junub atau nifas.
Karena dengan itu hilanglah syarat thaharah kubra yang juga menjadi salah satu syarat i’tikaf. [Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah]
Terakhir, kami memohon kepada Allah ta’ala agar Dia menjadikan amalan
kita ini sebagai amalan yang ikhlas untuk mengharapkan wajah-Nya Yang
Mulia, dan agar Dia juga menjadikan amalan ini bermanfaat bagi segenap
kaum muslimin di manapun berada.
0 komentar:
Posting Komentar